Rabu, 27 Juli 2011

Honda Beat, strategi matik murah dari Honda

Pernah suatu saat ada statement dari petinggi Honda bahwa Honda Vario berbeda pasar dari Mio dan Spin, jadi tidak bisa dibandingkan. Setelah itu pikiran saya mengatakan bahwa dia ngeles, bilang saja kalau memang Vario tidak bisa melawan kedigdayaan Mio di pasar Matik. Nah tidak lama setelah itu di Thiland muncul motor dengan basis Vario namun memiliki pasar sama dengan Mio, Icon. Nah baru-baru ini muncul lagi informasi yang mengatakan bahwa namanya adalah Beat, jadi lebih baik kalau kita membahasnya dengan “nama Indonesianya” saja ya?
Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa Honda Vario harus memiliki pendamping yang dikatakan memiliki pasar berbeda, seperti yang kita ketahui Vario bukan setipe dengan Nouvo atau Skywave yang bebek matik? Jawaban mungkin ada di soal harga, dimana harga Honda Vario dirasa di atas kompetitornya, yaitu Mio dan Spin. Harga yang lebih tinggi itu disebabkan oleh penambahan fitur-fitur seperti radiator dan side stand switch, tetapi yang paling utama adalah radiator. Karena harga sudah lebih tinggi, tidak efektif untuk melawan Mio, buktinya sampai saat ini Vario masih di urutan kedua dalam penjualan motor matik di Indonesia.
Solusinya? Tentu saja menghadirkan motor matik yang lebih murah, dan pilihannya ada di Honda Beat (Icon versi Thailand). Kenapa lebih murah, jawabannya ada di strategi downgrade dari Vario terutama versi mesin. Mesinnya tidak lagi menggunakan radiator, cukup pendingin udara. Selain itu di sektor bodi juga tidak menggunakan banyak sambungan, secara langsung mengurangi ongkos perakitan, juga bodi yang digunakan lebih ramping, sektor bahan baku bisa lebih ditekan. Mungkin di Indonesia, Beat akan mengalami pengurangan di sektor Combi Brake, fitur ini ada di Honda Click (Honda Vario di Thailand) dan Icon yang memungkinkan pengendara melakukan pengereman dengan kedua rem di roda bersamaan meskipun hanya salah satu rem yang ditekan.
Soal bodi yang digunakan memang berbeda karena rangka yang digunakan juga berbeda dengan Vario, mesinnya meski tidak berpendingin cairan namun masih sebasis dengan Vario, memudahkan tim R&D Thailand untuk merancang. Bodi yang digunakan tidak lagi gambot ala kakaknya namun lebih Mio esque dengan sayap dan bodi yang ramping. Pada sektor lampu menggunakan “lampu bego” seperti kakaknya namun bukan dual keen eyes, hanya ada satu lampu utama, selain masalah keringkasan juga lagi-lagi untuk menekan harga. Ada pengurangan di sektor detil seperti warna silencer yang minus aksen krom. Yang membedakan sosoknya dengan Mio mungkin adalah spakbor depan yang menempel pada roda, bukan pada bodi depan layaknya Mio, ada yang tidak begitu suka, tapi toh hanya masalah selera.
Bagaimana dengan soal harga? Honda Icon di Thailand memiliki harga mulai dari Rp 9 juta. Biasanya harga motor di Indonesia lebih tinggi daripada di Thailand. Dengan beda harga kira-kira 2-3 juta, harga yang mungkin untuk Beat adalah Rp 11-12 juta. Ada juga versi pelek palang, kira-kira harganya Rp 13 juta. Sekali lagi ini hanya perkiraan, melihat dari trend yang ada saat ini. Melihat harga Mio yang Rp 11 juta untuk versi pelek standart dan Rp 11,6 juta untuk versi peek palang, Honda Beat memiliki kans yang bagus untuk merebut pasar Mio, Vario yang harganya menyentuh Rp 14 juta saja mampu menguntit bagaimana bila harganya diturunkan? Masalahnya adalah apakah produk ini malah memakan kakaknya seperti kasus Karisma-SupraX125? Tergantung dari posisi harga Beat terhadap Vario, jika harga dan fitur keduanya berbeda dan posisi harganya tepat sesuai fitur, sepertinya tidak terlalu mengkhawatirkan.
Sekali lagi ini masalah strategi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar